Monday, May 21, 2012

My Life As “A Researcher”


#MyLifeAs #SpecialMention

Kenapa ada tanda kutip disana? Karena saya masih doctoral student yang melakukan riset, alias belum jadi researcher beneran. Kenapa juga saya tidak menulis “as a doctoral student”, karena nanti ceritanya bakal kemana-mana termasuk sesi jalan-jalan dan makan-makan dan menjadi seratus halaman. Hehe.

Oke. Sebagai mahasiswa doktoral, kegiatan utama sama memang riset. Riset di sini mulai dari membaca materi (ratusan paper yang abstraknya saja sudah membuat eneg), merencanakan dan melakukan eksperimen, berdiskusi dengan adviser dan kolega, memublikasikan hasil riset, lalu lulus (bila sudah direlakan lulus oleh adviser). Di sela-sela semua hal itu, tentu saja ada waktunya saya menangis sesenggukan tidak jelas karena mumet menyelesaikan persamaan yang tidak selesai-selesai, atau tertawa ngakak karena salah membuat larutan sewaktu eksperimen.

Oh ya, saya kuliah di jurusan teknik kimia, FYI. Topik penelitian saya: wastewater treatment. Tidak usah dibahas panjang, ntar pada males baca. Hihi.

Karena harus melakukan eksperimen, saya harus “tinggal” di lab. Lab saya ini memiliki 3 ruangan: kantor (office), ruang instrumen (isinya alat-alat mahal yang memakainya mesti ekstra hati-hati), dan lab sebenarnya (bingung kan). Lab sebenarnya adalah ruangan yang memang digunakan untuk eksperimen saja, tidak untuk menulis laporan, tidak untuk makan, tidak untuk main petak umpet. Setiap hari (itu termasuk Sabtu dan Minggu), saya ke lab. Membaca paper atau menulis laporan di office, mengerjakan eksperimen di lab sebenarnya, dan ya begitulah, hidup saya aslinya hanya mbulet di dua tempat: kamar (dorm) dan lab.

Pagi datang (jam 10), membuat kopi (oh yeah, kita punya coffee maker, kulkas, dan microwave), membaca paper sebentar atau mereview eksperimen kemarin, lalu mengerjakan eksperimen. Sepatu dan celana panjang wajib hukumnya, karena banyak bersentuhan dengan bahan kimia, jangan sampai kena kulit (I work with dangerous chemicals! Stay away!). Kalau summer, sungguh sangat dilematis soal baju. Paling enak menggunakan short pants, tapi tetap harus pake celana panjang supaya aman. Masker juga penting, apalagi kalau bermain dengan asam-asaman. Iya sih senyawa seperti ester ada yang baunya seperti buah-buahan, tapi bahan kimia yang saya gunakan baunya seperti ikan busuk. Hueh. Saluran pernapasan perlu dilindungi, man! Safety first, no matter what! (kok jadi kayak iklan kondom). Kacamata segede gambreng ini juga perlu, kalau berurusan dengan senyawa yang cepat menguap dan membahayakan mata, atau bekerja dengan kemungkinan ada cipratan. Sarung tangan juga harus dipakai, tapi hanya di lab sebenarnya, di kantor, sarung tangan harus dilepas. Dan beginilah penampilan Citraningrum, PhD Candidate saat memakai full armour. Yosh! Cantik kan? Kan? Kan?

me!
Yang namanya eksperimen, pastilah memakan waktu. Mesti sabar, teliti, dan kreatif. Mesti bertahan tidur di lab jika eksperimen belum selesai. Tidur di meja, kepala nunduk, dan bangun pegal-pegal semua. Mesti rela nambah minus karena harus banyak membaca paper yang tulisannya bukan Arial dengan ukuran 12. Sering pulang di atas jam 12 malam. Nggak apa-apa, yang penting jaga kesehatan dan tetap optimis untuk menyelesaikan studi dan beneran jadi researcher (jeng jeng! Perlu intro musik yang membangkitkan semangat nih!).
Nggak eksperimen pun (sekarang saya hanya sesekali eksperimen, kalau perlu), harus tetap datang ke lab dan menganalisa hasil eksperimen tadi. Lebih susah menganalisanya. Harus bisa menjelaskan kenapa hasilnya bisa begini, kok hasilnya bukan begitu, mana data pendukung dari paper sebelumnya, dan sebagainya dan sebagainya. Kalau sudah stuck di tengah malam biasanya saya keluyuran ke kampus sebelah, mencari udara segar. Taipei aman sih, jadi mau pergi dini hari sendiri juga saya cuek-cuek bebek. Balik ke lab, ya kerja lagi dong. Laporan harus diberikan mingguan ke adviser minimal seminggu sekali (padahal belum tentu ada data baru *huiks). Laporan tidak melulu data, melainkan juga apa maksudnya. Kalau tidak ada data baru, isi paper yang dibaca yang dilaporkan. Dan jangan sampai hanya satu atau dua paper. Minimal lima deh.

Kalau ditanya berat atau tidak, ya berat lah. Apalagi dengan gender saya yang wanita. Bukan apa-apa, selama ini bidang science/technology/math/engineering itu masih belum sepenuhnya gender-neutral. Di lab, mahasiswa doktoral yang cewek hanya dua (dari lima sih), tapi cewek yang satunya pun ber-background chemistry (bukan chemical engineering) dan masih gres (baru masuk satu semester), jadi kalau ada apa-apa, pasti saya yang dijadikan rujukan para junior atau kalau ada kesalahan, saya yang dimarahi adviser. Dan perlu waktu lama bagi saya untuk meyakinkan kolega-kolega cowok (sesama mahasiswa doktoral) bahwa saya memang mampu. Baru setelah tiga tahun kolega saya mengatakan “you are indeed smart”. Doeng. Tiga tahun, man.  

Tapi memang menjadi mahasiswa doktoral itu membuat saya senang. Passion saya ada dua: riset dan menulis. Menjadi mahasiswa doktoral itu menggabungkan keduanya, karena saya harus riset dan juga harus menuliskan hasilnya. Tapi adviser saya sering mengatakan tulisan saya terlalu “colloquial”, alias kurang konservatif ketika menyampaikan laporan (hasil keseringan ngeblog, kayaknya). Mesti nulis paper lebih sering nih (yuuukk!).

Jadi begitulah, kegiatan harian saya yang seems boring dan monoton untuk bisa menghilangkan kata ‘candidate’. Semoga cepat selesai risetnya dan menjadi Citraningrum, PhD ya. Doakan. Mohon dukungannya. Dikirimi makanan juga saya nggak nolak kok. Haish.
Sekian dan sampai jumpa di kesempatan curhat berikutnya. Daaaaa.


No comments:

Post a Comment

PALING BANYAK DIBACA

How To Make Comics oleh Hikmat Darmawan